Idul
Adha adalah memperingati peristiwa [atas] kecintaan sejati kepada
Tuhan yang diperlihatkan oleh Hadhrat Ibrahim aslebih kurang 4000
tahun yang lalu. Sejak itu, hasil dari [peristiwa tersebut] dunia
tengah menyaksikan hingga hari ini. Seorang anak laki-laki dilahirkan
[di Negeri] Urr, lebih kurang 4000 tahun yang silam di sebuah rumah
seorang pembuat berhala. Dan ia tumbuh dewasa di suatu keluarga yang
siang malam cenderung dalam perkumpulan menyekutukan Tuhan dan
menyembah berhala-berhala. Namun anak ini terlahir dengan hati yang
diterangi [nur Ilahi] dan memandang jijik terhadap berhala-berhala
semenjak masa kanak-kanaknya.
Tuhan
Yang Maha Melihat dan Yang meliputi semua mata telah memilih anak ini
- Hadhrat Ibrahim as dan menganugrahinya dengan karunia-Nya. Di masa
kemudian Hadhrat Ibrahim as diangkat [menjadi] seorang nabi oleh
Allah yang memerintahkan beliau untuk mengorbankan putra beliau -
Hadhrat Ismail as. supaya pondasi ketakwaan, kesucian, dan kesolehan
bisa ditegakkan di suatu tempat yang jauh dari tempat tinggal umat
manusia di bawah perlindungan dan pengawasan Tuhan.
Hadhrat
Ibrahim as bersedia mematuhi perintah Tuhan untuk meninggalkan putra
beliau di lembah yang tandus, di mana di tempat itu tidak ada makanan
dan air. Beliau as meninggalkan putra dan istri beliau di suatu
lembah yang berbahaya dan mengerikan dengan tujuan semata-mata supaya
nama Tuhan menjadi mulia dan agung. Dan keagungan serta kebesaran
Tuhan pun [dapat] dibangun kembali. Beliau as. meninggalkan mereka di
belantara gurun dengan sekantung air [minum] dan beberapa buah kurma.
Ketika itu Hadhrat Ibrahim as. sendiri berpikir bahwa air dan
beberapa buah kurma [mereka] akan segera habis sedangkan di lembah
itu tidak tersisa suatu apa pun selain butiran-butiran pasir dan
sinar matahari bagi istri dan putranya. Beliau as. meneteskan air
mata dengan [perasaan haru] dan diliputi dengan perasaan emosi.
Perjuangan
Hadhrat Hajar(r.a.)
Perhatikanlah!
Hadhrat Hajar(r.a.)
menyadari bahwa masalah ini merupakan suatu perkara yang serius.
Ketika Hadhrat Ibrahim(a.s.)
pulang kembali, [kemudian] Hadhrat Hajar(r.a.)
mengikutinya dan berkata, "Wahai
Ibrahim. Mengapa engkau tinggalkan kami? Di sini tidak ada air untuk
minum dan tidak ada makanan untuk dimakan."
Hadhrat Ibrahim(a.s.)
[sebenarnya] ingin menjawab. Namun [perasaan] emosinya [semakin]
meningkat, sehingga tidak dapat berbicara. Kemudian Hadhrat
Hajar(r.a.)
berkata, "Apakah
engkau meninggalkan kami di sini atas perintah Tuhan atau atas
keinginan engkau sendiri?"
Lalu, Hadhrat Ibrahim(a.s.)
menengadahkan tangannya ke arah langit - barangkali maksudnya bahwa
beliau(a.s.)
melakukan [semua ini] di bawah perintah Tuhan. Jawaban beliau(a.s.)
penuh dengan keimanan
dan keteguhan.
Hadhrat
Hajar(r.a.)
hanya memiliki seorang putra di mana pada saat itu putranya [pun]
dalam keadaan terkekang oleh kematian terhalang untuk berbuat
sesuatu. Pada suatu ketika beliau berkata, "Apakah
dengan sebab perkara ini, kemudian Tuhan tidak akan membinasakan
kami."
Akhirnya, keduanya [mulai] kehabisan air dan makanan.
Kemudian
Hadhrat Hajar(r.a.)
tidak dapat menahan [perasaan melihat] pemandangan atas keadaan yang
sukar bagi putranya yang sedang meronta-ronta ditekan oleh rasa haus.
Ia mulai mendaki sebuah bukit dengan harapan barangkali ada orang
atau beberapa rumah yang akan dapat terlihat dari sana. Atau
[mungkin] dari orang-orang itu ia bisa memperoleh sedikit air. Akan
tetapi tidak tersisa sedikitpun air yang tampak sejauh mata
memandang. Lalu ia turun kembali ke bawah dalam keadaan khawatir dan
[kemudian] mendaki bukit yang lain [lagi]. Di sana pun ia tidak
menemukan tanda-tanda [adanya] air.
Mata
Air Zam-Zam Dan Kafilah Yang Tersesat
Dalam
keadaan yang mengkhawatirkan dan [dipenuhi] penderitaan, Hadhrat
Hajar(r.a.) naik
turun bukit sebanyak tujuh kali. Hingga akhirnya, hatinya mulai
tertekan/terpukul dan ia berpikir, "Apakah
[gerangan] yang akan terjadi pada putranya?"
Tiba-tiba turun wahyu dari Tuhan, "Hajar,
Tuhan telah menyediakan air untuk putramu, pergi dan lihatlah dia!"
Hadhrat Hajar kembali untuk melihat putranya dan ia menemukan sebuah
mata air sedang memancar keluar di dekat kaki putranya. Mata air yang
keluar ini dengan nama Zam-zam yang artinya sebuah nyanyian
kegembiraan. Mungkin Hadhrat Hajar sendiri yang memberi nama mata air
itu Zam-Zam sebagai air yang disediakan bagi beliau. Dan pada waktu
itu adalah kesempatan untuk menyanyikan lagu dalam kegembiraan serta
mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan
putranya dari kematian karena kehausan. Maka Tuhan telah menyediakan
air dalam cara demikian.
Sekarang
[timbul] pertanyaan [bagaimana] tentang makanannya? Pada suatu ketika
ada sebuah kafilah yang tersesat dari jalan dan kafilah itu tiba di
tempat tersebut. Semua anggota kafilah itu [tampak] sangat
membutuhkan air. Mereka minta izin kepada Hadhrat Hajar untuk tinggal
di sana dan menjadi warganya. Hadhrat Hajar [pun] mengizinkannya dan
mereka [pun] mulai menetap di sana sebagai warga Hadhrat Hajar dan
putranya. Kemudian Tuhan menjadikan Hadhrat Ismail(a.s.)
sebagai raja sebelum ia tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda. (HR
Bukhari).
Makna
Dari Pengorbanan Hadhrat Hajar(r.a.)
Untuk
memperingati peristiwa ini bahkan hingga sekarang bahwa seseorang
yang [melaksanakan] ibadah Haji harus naik turun bukit Shafa dan
Marwah sebanyak tujuh kali.
Lari-lari
kecil ini menandakan suatu keteguhan hati untuk mengikuti langkah
kaki Hadhrat Hajar(r.a.)
dan ini merupakan suatu pernyataan bahwa kami pun jika diwajibkan
tidak akan ragu-ragu untuk mengorbankan [orang yang] dekat
dengan kami dan orang yang dicintai demi kepentingan Tuhan.
Pendeknya,
ibadah haji merupakan suatu ibadah yang sangat penting. Lalu [jika]
seseorang pergi ke Makkah melaksanakan semua aturan ibadah haji
dengan sempurna. Maka orang itu akan menyadari bagaimana [keadaan]
seseorang yang melakukan pengorbanan demi kepentingan Tuhan bahwa ia
[senantiasa] hidup selamanya.
Id
Sejati Dalam Kegembiraan Hati
Id
yang sejati dilakukan dalam [bentuk] kegembiraan hati. Dan
kegembiraan itu disebabkan oleh ketenangan. Dan ketenangan itu
dihasilkan oleh kebebasan dari [rasa] ketakutan. Dan seseorang tidak
bisa bebas dari ketakutan, kecuali ia yakin dengan sungguh-sungguh
bahwa ia telah memiliki seorang penjaga dan pelindung yang tidak ada
seorang pun dapat menjumpainya. Tuhan sendiri dapat menjadi wujud
penjaga dan pelindung. Suatu kali Id yang sejati ditampilkan dalam
bentuk keyakinan bahwa Tuhan ridha atasnya. Dan sebagai akibatnya,
Dia akan menjadi pelindungnya dalam segala macam kondisi.
Jadi,
manusia hendaknya berusaha untuk memperoleh Id sejati yang tidak tahu
penghentiannya dan selalu bersama dengan-Nya dalam keadaan duduk,
berdiri, tidur atau bekerja. Seorang manusia yang telah memiliki Id
sedemikian rupa adalah sesungguhnya ia telah diberkati dengan
kesenangan, kepastian dan ketenangan.
Semoga
Allah menganugrahkan kepada kita Id sejati tanpa formalitas. Id
adalah seperti obat yang diberikan kepada para pasien untuk
[menyembuhkan] penyakitnya yang sementara. Kebahagiaan sejati datang
ketika penderitaan itu tidak dapat sirna hingga seseorang itu
meyakini bahwa Tuhan [selalu] bersamanya. (Khutbah
Idul Adha, Agustus
1915).
Id
Sarana Untuk Mencapai Tuhan
Id
mengandung realisasi tentang [Wujud] Tuhan. Dan orang yang [berusaha]
mencapai Tuhan, tentu dia berhasil dalam usaha dan pencapaiannya
[meraih] kegembiraan dan kebahagiaan yang abadi. Islam - dengan
menetapkan ibadah puasa - telah mengajarkan suatu pelajaran, bahwa
pengorbanan secara jasmani sangat diperlukan dalam perjuangan meraih
kebahagiaan. Pada kesempatan Id yang kedua, orang-orang Islam
mengorbankan binatang-binatang [ternak] dalam mengenang
kesiap-sediaan Hadhrat Ibrahim(a.s.)
untuk menyembelih
putranya demi [perintah] Tuhan.
Penyembelihan
hewan-hewan [ternak] - pada kesempatan itu - memperagakan semangat si
penyembelih, bahwa dia tidak akan ragu-ragu mengorbankan hidupnya
demi Tuhan jika diperlukan. Inilah arti penting dari Id yang Islami.
Perayaan-perayaan dari agama-agama yang lain tidak memiliki arti ini.
Id mereka dapat diibaratkan dengan kebahagiaan seseorang yang
bersifat sementara dan khayalan kepada rupa patung kekasihnya. Akan
tetapi Id yang Islami membimbing orang-orang Islam [ke] sepanjang
jalan yang membawanya ke pintu Sang Kekasihnya. Dan sambil menyibak
tirai mengatakan, "Di
sanalah kekasihmu, berusahalah lebih keras lagi, laluilah pintu itu
dan jumpailah Dia."
Kebahagiaan seseorang yang hanya memandang sebuah patung kekasihnya
yang tidak bernyawa, segera berubah menjadi rasa kekecewaan. Namun,
kebahagiaan orang yang telah berjumpa dengan kekasihnya tentu jauh
lebih agung dan lebih nyata.
Pendek
kata, Id kita [ini] menunjuki kita ke jalan yang benar dengan
mengikuti Tuhan, yang kita [sendiri] dapat menyaksikan- Nya. Oleh
karena yang dimaksud dengan Id adalah Pencapaian Tuhan, dan maksud
pencapaian kepada-Nya itu tidak ada jalan lain melainkan melakukan
pengorbanan untuk-Nya. Apabila kita merenungi maksud Id ini, Id kita
akan menjadi Id yang hakiki, atau [sebaliknya] kebahagiaan yang semu
hanya akan menambah duka-cita. (Khutbah
Idul Adha, Juli
1919)
Id
Hakiki Sumber Mata Air Kebenaran
Orang-orang
Islam dapat memiliki Id yang hakiki hanya apabila mereka mengambil
pelajaran dari Id ini. Dan mencoba dengan cara terbaik yang mereka
miliki untuk mendapatkan kembali wibawa dan kemuliaan mereka yang
hilang, kesolehan dan kesucian, kebajikan dan kebenaran, kedudukan
serta kehormatan. Jika dengan argumen dan alasan yang baik serta ilmu
pengetahuan dan amalan, mereka akan membuktikan bahwa tidak ada orang
yang dapat menyangkal argumen-argumen Islam, maka mereka (orang
Islam) akan berhak atas Id yang sejati. Dan hari itu akan nyata
menjadi hari Id yang hakiki dan kebahagiaan yang nyata bagi mereka.
Dan Id ini terbentang [luas] di kalangan seluruh umat manusia supaya
menjadi sumber mata air kebenaran. Maka semua orang boleh meminum
darinya. Kebenaran yang Allah telah turunkan kepada Rasul-Nya yang
Karim(s.a.w.),
dan untuk menyebarkannya, Allah Ta'ala telah mengutus Hadhrat Masih
Mau'ud(a.s.)
di zaman ini. (Khutbah
Idul Adha, Juni
1918)
Tugas
Memerangi Setan Di Zaman Ini Dan Dua Macam Id
Tugas
yang diamanatkan kepada kita di zaman ini adalah lebih agung dari
pada seseorang yang dipercaya untuk sejumlah umat dalam beberapa
masa. Tugas kalian adalah memerangi setan. Hadhrat Masih Mau'ud(a.s.)
telah dibangkitkan pada masa ketika seluruh dunia berada dalam
genggaman setan. Maksudnya, kalian ini [orang-orang] yang lemah,
tetapi dengan sekuat tenaga kalian dapat menaklukkan hati manusia.
Para pengikut nabi yang mana pun telah ditugaskan untuk memerangi
setan, [padahal] tugas yang demikian itu tidak menguntungkan. Tentu
[tugas] memerangi setan tersebut telah diamanatkan kepada Rasul
Karim(s.a.w.).
Akan tetapi tugas tersebut akan disempurnakan di masa kedatangannya
yang kedua.
[Tugas]
ini tentunya melalui kekuatan ruhaninya. Akan tetapi itu disediakan
bagi mazhar
(manifestasi) -nya yang kedua. Maka pengorbanan yang diperlukan untuk
pekerjaan besar ini tidak ada bandingannya dengan masa lalu. Namun
pengorbanan kalian bahkan sekarang ini tidak sederajat dengan
pengorbanan- pengorbanan yang dilakukan oleh para pengikut awal Nabi
Isa(a.s.).
Maka saya memohon kepada saudara-saudara untuk membuka pikiran mereka
untuk melakukan pengorbanan yang belum pernah terjadi. Tanpa itu
tidak akan menjadi Id yang hakiki. Semoga Allah melalui kemurahan-Nya
memberikan kita kesempatan untuk memiliki kedua Id, yaitu Id yang
dicapai melalui pengorbanan dan usaha serta [Id] yang dianugrahkan
oleh Tuhan sendiri sebagai suatu hadiah. (Khutbah
Idul Adha,
Mei 1925)
Kutipan
beberapa khutbah khalifatul Masih II Hz. Mirza Basyiruddin MA ra
Diterjemahkan
dari Review Of Religions, Volume LXI, No. IV, April 1967, halaman
5-9. penerjemah: Hizbul Fikr/Jamiah - CSN & BA
(email
dari; muharim Awaludin)
Tag :
ISLAM
6 Komentar untuk "'IDUL ADHA; KISAH PENGORBANAN KELUARGA IBRAHIM AS"
Sangat bermanfaat...bagi sobat blogger..
thanks sobat..
good post friend,,,,
thanks my friend
saya bru tao crita.a sob ,,,,
mksih ya info.a ...
nice post sob ....
thanks sob..
Komentar anda tidak dimoderasi dan verifikasi, Terimakasih atas komentarnya yg sangat berharga dan bijak, semoga bermanfaat