“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [Al Baqarah: 183]
Bulan Ramadhan memberikan satu pelajaran takwa, bahwa orang seharusnya mengendalikan kebutuhan-kebutuhan (keinginan)nya, akan keperluan-keperluan yang sangat penting bagi kelangsungan dan kelanjutan dirinya.
Untuk kelangsungan dirinya sendiri, makan dan minum adalah keperluan-keperluan pokok, sedangkan untuk kelanjutan ras manusia, hubungan dengan pasangan juga kebutuhan yang tak bisa terhindarkan. Tatkala menjalankan puasa seseorang meninggalkan keduanya untuk beberapa waktu (yakni selama siang hari) hanya demi mencari keridhaan Allah SWT.
Untuk kelangsungan dirinya sendiri, makan dan minum adalah keperluan-keperluan pokok, sedangkan untuk kelanjutan ras manusia, hubungan dengan pasangan juga kebutuhan yang tak bisa terhindarkan. Tatkala menjalankan puasa seseorang meninggalkan keduanya untuk beberapa waktu (yakni selama siang hari) hanya demi mencari keridhaan Allah SWT.
Dengan cara ini, Allah SWT telah mengajarkan kepada kita pelajaran, bahwa ketika orang menjadi terbiasa meninggalkan keperluannya yang pokok dan besar, betapa mudah baginya untuk meninggalkan keperluan-keperluan yang kecil. Bayangkan saja, tatkala tersedia minuman sirup segar atau es kelapa muda, serta kolak manis yang lezat, begitu menggoda untuk membasahi kerongkongan yang sedang kering, semuanya ditinggalkan hanya karena [takut] Allah SWT tidak ridha kepadanya.
Sama halnya, bayangkan bahwa tatkala tersedia sate dengan gulai yang lezat, atau ayam panggang dengan sambal terasi yang menggoda selera di dapurnya. Dia lapar dan tak ada seorang pun dapat menghentikan dari memakannya, tetapi tidak memakannya semata-mata karena taat pada perintah Allah Ta’ala.
Dengan demikian, ketika segala hal yang baik yang penting bagi kelangsungan hidupnya tersedia untuknya dan dia meninggalkannya hanya demi mencari keridhaan Tuhan, dan pengalaman-pengalaman yang dirasakan bahwa dia dapat berbuat demikian, maka mengapa dia akan menggunakan minuman keras dan makan babi serta makanan haram lainnya, yang tidak penting sama sekali.
Begitu pula, ketika seseorang yang terbiasa menerima suap, korupsi, memakan riba, mencuri atau meminjam tanpa berniat untuk mengembalikan, akan menjadi jujur dan taat pada perintah-perintah Tuhannya, mengapa dia akan berani untuk mengambil kekayaan yang tidak sah semacam itu lagi. Tak pernah, selamanya.
Sama halnya, jika dia mempunyai seorang istri yang muda dan cantik dan dia dapat menjauhinya selama tiga puluh hari demi keridhaan Allah, maka mengapa dia akan memandang wanita-wanita lain dengan pandangan (niat) buruk.
Oleh sebab itu, Ramadhan Syarif merupakan bulan yang memberikan pelajaran amal takwa, kebersihan (kesucian), takut kepada Tuhan, kesabaran, keteguhan hati, mengendalikan nafsu dan menaklukkan diri sendiri.
Tatkala yang halal ditinggalkan, apa sulitnya meninggalkan yang haram. Puasa menjadi benteng atau perisai kebaikan dari perbuatan buruk.
Pustaka:
Al Quran dan Terjemah DEPAG
Khutbah Jum’at tanggal 22 Januari 1901 Hadhrat khalifatul Masih I
Hadist Bukhari-Muslim
Tag :
Ibadah
0 Komentar untuk "BULAN RAMADHAN MEMBERIKAN PELAJARAN TAKWA"
Komentar anda tidak dimoderasi dan verifikasi, Terimakasih atas komentarnya yg sangat berharga dan bijak, semoga bermanfaat