Kopiah, Songkok atau Peci, bagi umat Islam khususnya
di Indonesia, lazim dikenakan sebagai bagian pelengkap pakaian saat beribadah. Penggunaannya selalu
ditempatkan dikepala, dimana merupakan bagian badan paling atas
dan terhormat. Orang yang
mengenakan kopiah, songkok atau peci, bisa menjadi perlambang bahwa ia selalu
menempatkan diri pada tingkat derajat kemuliaan yang tinggi.
Terlebih
jika yang dikenakan itu adalah songkok, peci atau kopiah duwur, filosofinya
adalah untuk menjangkau kedudukan Allah swt, maka harus meningkatkan derajat
kerohanian kita semakin tinggi. Duwur, artinya duDU ngaWUR, maksudnya orang
yang derajat rohaninya duwur (tinggi), maka ia akan selalu berada di jalan yang
lurus, tidak sembarangan melangkah, tetapi mengikuti perintah syariat Nya (dudu
ngawur / tidak sembarangan). Memiliki makrifat Ilahi dan menjadi hamba yang fana
fillah.
Kopiah: KOsong sePI
ibadAH, maksudnya mengosongkan hati dari keangkaraan dan kemaksiatan, dengan
menyepi sambil beridah kepada-Nya. Orang yang memakai kopiah, semestinya
menjadi ciri bahwa ia adalah orang yang taat dan rajin dalam ibadah.
Songkok: koSONG mbongKOK, mengosongkan hati dari kesombongan,
dengan membungkukkan badan memperlihatkan kerendahan diri di hadapan Tuhan.
Maknanya, orang yang senantiasa memakai songkok, semestinya menjadi simbol
bahwa dia adalah orang yang rendah hati dan selalu tunduk di hadapan Tuhan.
Peci: samPE suCI,
melambangkan orang-orang yang tidak lepas dari peci adalah orang yang
senantiasa berada dalam keadaan suci. Ibadah yang ia lakukan benar-benar
mengantarkannya menjadi hamba-hamba suci.
Kopiah (Peci) yang di kenakan Bung Karno, sumber google p1
Tetapi juga tidak menjadi jaminan, bahwa orang yang
setiap saat mengenakan kopiah, songkok atau peci adalah hamba yang rajin
ibadah, suci dan memiliki derajat tinggi di sisi Tuhannya. Karena kopiah,
songkok atau peci, baginya semata-mata hanya sekedar aksesoris untuk
mempercantik diri.
Kopiah, songkok atau peci duwur, di Malang jamak kita
lihat dikenakan warga, bahkan sudah menjadi pelengkap pakaian keseharian. Ada
yang tidak biasa dari kopiah (songkok) yang mereka kenakan, yaitu ukuran
tingginya. Biasanya ukuran tinggi kopiah (songkok) minimal 14 cm atau lebih,
seperti model disamping, keren kan... :)
Nah yang minat beli kopiah (songkok) duwur, banyak dijual di pasar Kota Malang, harganya pun murah, jadi sangat terjangkau.
Nah yang minat beli kopiah (songkok) duwur, banyak dijual di pasar Kota Malang, harganya pun murah, jadi sangat terjangkau.
wongcrewchild
12 Komentar untuk "Filosofi Kopiah, Songkok atau Peci Duwur"
izin membaca dan menyimak iya mas :)
salam kenal
meski terkesan maksa, tapi boleh juga akronimnya, hehehe... n bener banget Bos, sekarang kopiah sudah seperti aksesoris, tetangga Saya jarang atau bisa dikatakan nggak pernah solat, tapi kemana-mana pake kopiah, hahaha...
Sedikit demi sedikit jadi paham tentang alasan asal mulanya, makasih mas.
Padahal kopiah sopiah dan peci duwur beda dikit ya dari bentuknya.
kalau sekarang kesan peci/ songkok itu ya pejabat, atau setingkat, hahahhaha
Jiah baru tau mas saya bedanya, kalo disini biasanya dipakai upacara mas.
di malang kopiah songok itu tinggi banget bisa nyampe 14 cm
Pantesan Presiden pertama kita selalu memakai kopiah,
Oh jadi seperti ini asal muasal kopiah ini hehehe lucu juga ada kopiah yang panjang keatas itu :D
yah di kalimantan banyak masyarakat madura yang mengenakannya. terlihat unik dan menarik juga, sehingga ada beberapa masyarakat kalimantan juga menggunakan songkok duwur.
begini ya ceritanya. kang kepanjangannya itu kaya rada - rada maksa gituh kng. hehehe
monggo neng, salam kenal juga ya :))
Songkok, kalau ditempat saya sering disebut kupluk mas, tp ukurannya tidak terlalu tingi.
Komentar anda tidak dimoderasi dan verifikasi, Terimakasih atas komentarnya yg sangat berharga dan bijak, semoga bermanfaat