HAJINYA AHMADIYAH

Loh, Ahmadiyah Hajinya Ke Mekkah Ya?
Saya baru tahu kalau jemaat Ahmadiyah naik haji ke Mekkah juga. Anehnya saya malah tahu dari Pemerintah Saudi. Saya tahu bukan dari teman-teman saya yang berasal dari pengikut Ahmadiyah, meski saya cukup dekat dengan mereka tapi saya tidak pernah tanya soal sas-sus itu. Dan saya memang tak pernah mau tahu urusan keyakinan mereka.
Saya tahu setelah media kita ribut-ribut mengabarkan bahwa Pemerintah Saudi Arabia akan melarang jemaat Ahmadiyah naik haji. (selengkapnya: wiwts blog ) atau baca di bawah ini:

Malam ini, saya melihat catatan yang sangat menarik dari Mas Guntur Romli. Dan, saya ambil secara utuh judul dari catatan miliknya itu untuk mengawaki postingan ini. Memang, begitu menggelitik dan menarik, pasalnya, dalam hal ini, Mas Guntur begitu tergelitik oleh sikap pemerintah Saudi Arabia yang Wahabi itu terkait pelarangan Jemaat Ahmadiyah naik Haji.
Kita semua prihatin dengan sikap sekelompok orang melakukan pembatasan seperti ini. Seolah-olah kelompok mainstream ini berusaha memosisikan diri sebagai ”polisi agama” yang melakukan controlling terhadap aliran-aliran keagamaan pinggiran tersebut.
Dan jika Mas Guntur, begitu sopan memandang Pemerintah Indonesia masih waras, toh nyatanya gelagatnya justru mengarah pada hal sebaliknya. Lihatlah komentar Lalu Suhaimi Ismi, Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi NTB.
Menurut Lalu Suhaimi Ismi, larangan warga Ahmadiyah menunaikan haji datang dari Saudi Arabia dan bukan dari pemerintah (Indonesia).
“Apa urusannya dengan jama’ah Ahmadiyah. Orang Ahmadiyah tidak boleh naik haji sebelum mereka merubah sikap dan kembali kepada ajaran Islam yang benar,” kata Lalu Suhaimi kepada wartawan TV One di Mataram Senin 10 Agustus 2009. (berikut ini beritanya).
Kembali kepada larangan Pemerintah Saudi, jelas ini sebuah pengkebirian hak keberagamaan yang bersifat sangat politis. Tentu, kita semua tidak menginkan hal ini terjadi. Dan refleksi dari Mas Guntur ini layak menjadi catatan bagi pemerintah kita untuk memberikan rasa keadilan bagi temen-temen Jemaat Ahmadiyah. Jangan sampai pemerintah kita ikut-ikutan tidak waras, dan mengambil mentah-mentah seruan Saudi yang Wahabi itu.
Berikut ini catatan yang saya unduh langsung dari Facebook Mas Guntur, Selamat Menikmati:

Loh, Ahmadiyah Hajinya Ke Mekkah Ya?
Saya baru tahu kalau jemaat Ahmadiyah naik haji ke Mekkah juga. Anehnya saya malah tahu dari Pemerintah Saudi. Saya tahu bukan dari teman-teman saya yang berasal dari pengikut Ahmadiyah, meski saya cukup dekat dengan mereka tapi saya tidak pernah tanya soal sas-sus itu. Dan saya memang tak pernah mau tahu urusan keyakinan mereka.
Saya tahu setelah media kita ribut-ribut mengabarkan bahwa Pemerintah Saudi Arabia akan melarang jemaat Ahmadiyah naik haji. Loh, selama ini Pemerintah Saudi yang Wahabi itu mengabarkan bahwa Ahmadiyah termasuk aliran sesat karena salah satu alasannya: haji mereka ke Qodian atau Lahore. Alasan ini pula yang ditaklid buta oleh kelompok-kelompok yang selama ini menerima dana dari Saudi di Indonesia.
Lihatlah bagaimana jemaat Ahmadiyah menjadi bulan-bulanan di negeri ini. Hingga kini jemaat Ahmadiyah di NTB masih hidup di pengungsian di gedung Transito hampir sejak lima tahun yang lalu. Kampung Ahmadiyah di Manislor diserang, sekolahnya disegel, di tempat lain masjid-masjid Ahmadiyah dibakar. Alasannya, ya tuduhan itu: salah satunya karena mereka hajinya tidak ke Mekkah, tapi ke Qodian atau Lahore.
Saya sebenarnya tak terlalu peduli alasan-alasan kenapa jemaat Ahmadiyah ini muncul, alasan teologis misalnya tentang pemahaman dan keyakinan internal yang mereka anut. Pun selama ini, saya tak peduli pada serangan-serangan terhadap jemaat Ahmadiyah ini, misalnya konon mereka mengganti kalimat syahadat, mengganti Al-Quran dengan Tadzkirah, atau hajinya tidak ke Mekkah. Saya tidak pernah tahu kesahihan-kesahihan tuduhan ini. Saya tidak pernah meminta konfirmasi ke pengikutnya—karena bagi saya ini tidak penting.
Bagi saya Ahmadiyah memiliki hak untuk hidup di Indonesia—dengan model keyakinan apapun yang dimilikinya, asal mereka mematuhi hukum yang ada di Indonesia ini, demikian juga dengan kelompok-kelompok Islam yang lain. Sepanjang pengetahuan saya, pengikut Ahmadiyah telah memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik, mereka juga terlibat pembangunan fasilitas publik: sekolah, rumah ibadah, balai pendidikan, yayasan dan fasilitas-fasilitas yang lain-lain.
Malah pengikut-pengikut dari kelompok-kelompok yang menyerang mereka melakukan tindakan kekerasan dan sering mengangkangi hukum di negeri ini. Pun dari kelompok-kelompok itu tak satu-ruangan-pun membangun untuk sekolah atau pesantren, program asasinya adalah demonstrasi, dan mengumbar cacian dan fitnah di media-media yang mereka terbitkan. Mumpung lagi terbuka alam demokrasi dan kebebasan, meski mereka tak paham apa itu demokrasi dan kebebasan. Pikir mereka, demokrasi dan kebebasan adalah alasan yang sebebas-bebasnya untuk menghakimi keyakinan orang lain, mengumbar fitnah, cacian dan provokasi, melakukan penyerangan dan kekerasan terhadap kelompok yang dituding “sesat” dan “menyimpang”. Maklum kelompok ini memang “penumpang gelap” dalam kondisi ini.
Kira-kita tiga tahun yang lalu, saya pernah berada di dalam sebuah masjid Ahmadiyah Al-Fadl di Bogor yang dituntut disegel oleh kelompok yang menamakan dirinya Gerakan Umat Islam (GUI) di bawah pimpinan yang mengaku Habib Abdurrahman Assegaf. Saya juga baru tahu, ternyata “Habib Abdurrahman Assegaf” bukan nama sebenarnya. Laki-laki ini tidak memiliki wajah Timur Tengah, tapi “Timur Tengah Indonesia” alias berwajah Ambon Manise. Nama aslinya Abdul Haris Umarella. Saya tidak pernah tahu, bagaimana ia mendapat marga Assegaf, dan mendapat julukan Habib yang berarti orang yang dicintai. Wajah Habib Abdurrahman Assegaf ini, uuupss Abdul Haris Umerella baru saja muncul di televisi ketika menyebut bahwa Nur Said atau Nur Sahid yang sebelum-sebelum ini ditenggarai pelaku bom bunuh diri (ternyata salah!) adalah lulusan Pesantren Ngruki. Pihak Ngruki pun meradang, mereka akan menuntut Pak Abdul Haris ini. Mereka awalnya menolak informasi tentang Nur Said itu, namun akhirnya mengakuinya. Pertanyaan saya, darimana sumber informasi yang diterima oleh Pak Abdul Haris Umarella ini? Saya kenal dia bukan peneliti atau pengamat terorisme, darimana ia memperoleh data yang valid? Dari intel atau aparat kah? Wallahu a’lam.
Tuntutan penyegelan itu hari Jumat, tepatnya setelah sholat Jumat. Saya pun merinding, bagaimana sholat Jumat digunakan sebagai tempat mobilisir massa, khutbahnya ajang provokasi, setelah tu teriak-teriak takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar” ingin menyerang orang. Sholat Jumat di masjid Ahmadiyah sama seperti yang lain, khutbah dua kali, khatibnya duduk di antara dua khutbah, tiap khutbah memuji Allah dan bersalawat pad Rasul-Nya, menganjurkan wasiat taqwa, dan di khutbah kedua mendoakan ampunan bagi kaum muslimin—termasuk mereka yang menyerang Ahmadiyah. Khutbahnya dalam bahasa Indonesia. Sholat Jumat nya juga dua rakaat.
Kembali ke larangan Pemerintah Saudi itu yang akan melarang jemaat Ahmadiyah naik haji, direspon oleh seorang sekretaris Muhammadiyah, yang menurutnya sangat sulit karena paspor dan KTP Indonesia cuma mencantumkan agama Islam “thok”. Tak ada embel-embel yang lain. Ketika saya lemparkan informasi ini di status facebook saya, ada komentar menarik, hal ini akan mungkin kalau Saudi Arabia memiliki kecanggihan teknologi melebihi Amerika, yakni semacam “pemindai keyakinan”. Kalau “metal detector” akan mengeluarkan bunyi-peringatan kalau mendeteksi besi—kalau “pemindai keyakinan” akan berbunyi kalau menyentuh orang Ahmadiyah atau orang-orang yang disesatkan oleh Pemerintah Saudi yang Wahabi itu.
Saya ingin kegilaan Pemerintah Saudi ini ditolak mentah-mentah oleh Pemerintah Indonesia yang masih waras ini. Dan dari permintaan Saudi ini pula, saya baru tahu kalau jemaat Ahmadiyah naik haji ke Mekkah, bukan ke Qodian atau Lahore yang selama ini dituduhkan pada mereka.
Wallahu A’lam
Jakarta 11 Agustus 2009
Mohamad Guntur Romli
sumber: http://wiwitfatur.wordpress.com/2009/08/12/loh-ahmadiyah-hajinya-ke-mekkah-ya/
1 Komentar untuk "HAJINYA AHMADIYAH"

dikira saya malah hajinya ke Inggris...ke pakistan kan ahmadiyah di Usir diharamkan dilarang karena SESAT...

Komentar anda tidak dimoderasi dan verifikasi, Terimakasih atas komentarnya yg sangat berharga dan bijak, semoga bermanfaat

Back To Top