Kota Madiun, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 169 km sebelah Barat Kota Surabaya, atau 114 km sebelah Timur Kota Surakarta. Di Kota ini terdapat pusat industri kereta api (INKA). Madiun dikenal memiliki Lapangan Terbang Iswahyudi, yakni salah satu pangkalan utama AURI, meski sebenarnya terletak di Kabupaten Magetan. Madiun memiliki julukan Kota Gadis
Geografi
Secara geografis Kota Madiun terletak pada 111° BT - 112° BT dan 7° LS - 8° LS dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Madiun di sebelah utara, sebelah selatan dengan Kecamatan Geger, sebelah timur dengan Kecamatan Wungu, dan sebelah barat dengan Kecamatan Jiwan. Wilayah Kota Madiun mempunyai luas 33,23 Km² terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan yaitu Kecamatan Manguharjo, Kecamatan Taman, dan Kecamatan Kartoharjo. Dengan luas masing-masing Kecamatan Manguharjo 10,04 Km², Kecamatan Taman 12,46 Km², dan Kecamatan Kartoharjo 10,73 Km². Masing-masing kecamatan tersebut terdiri atas 9 kelurahan sehingga terdapat 27 kelurahan di Kota Madiun.
Kota Madiun terletak pada daratan dengan ketinggian 63 meter hingga 67 meter dari permukaan air laut. Daratan dengan ketinggian 63 meter dari permukaan air laut terletak di tengah, sedangkan daratan dengan ketinggian 67 meter dari permukaan air laut terletak di sebelah di selatan. Rentang temperatur udara antara 20°C hingga 35°C. Rata-rata curah hujan Kota Madiun turun dari 210 mm pada tahun 2006 menjadi 162 mm pada tahun 2007. Rata-rata curah hujan tinggi terjadi pada bulan-bulan di awal tahun dan akhir tahun, sedangkan rata-rata curah hujan rendah terjadi pada pertengahan tahun.
Madiun berada pada ketinggian 63 m dpl. Kota Madiun hampir berbatasan sepenuhnya dengan Kabupaten Madiun, serta dengan Kabupaten Magetan di sebelah Barat Daya. Kali Madiun mengalir di kota ini, merupakan salah satu anak sungai terbesar Bengawan Solo.
Ekonomi
Pendapatan Domestik Regional Bruto 2007 tercatat sebesar Rp 995 milyar. Dengan jumlah penduduk mencapai 173 ribu jiwa, pendapatan per kapita rata-rata mencapai Rp 5,7 juta per tahun atau sekitar Rp 500 ribu per bulan. Jauh di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional yang mencapai sekitar $1800 per kapita per tahun.
Kekuatan anggaran pemerintah kota madiun (APBD) pada 2007 mencapai Rp.354 milyar, di mana Rp 87 milyar untuk belanja publik. Kalau dibandingkan dengan jumlah penduduk, APBD per kapita mencapai Rp 501 ribu per tahun.
Posisinya yang cukup strategis menjadikan Madiun berada di jalur utama Surabaya-Yogyakarta. Kota ini juga menjadi persimpangan jalur menuju Ponorogo dan Pacitan ke arah selatan. Oleh karena itu, Kota Madiun ditetapkan sebagai wilayah hinterland atau pusat ekonomi untuk daerah sekitarnya dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (Perda No 6/2007).
Selama periode 2003-2007, sektor-sektor primer mengalami penyusutan dari 2,61% menjadi 2,18%. Sektor sekunder (industri) juga mengalami penyusutan dari 40% menuju 39%. Sektor tersier meningkat dari 57,32% menjadi 58,45%, yang semakin menegaskan arah pertumbuhan Kota Madiun sebagai pusat perdagangan untuk daerah sekitarnya.
Sebagai pusat perekonomian Jatim sebelah barat, angkutan antarkota dilayani oleh bus dan kereta api. Madiun dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Stasiun Madiun merupakan yang terbesar di kawasan Jawa Timur bagian barat, dan di terdapat pusat industri kereta api Indonesia (PT INKA).
Persentase penduduk miskin di Kota Madiun jauh lebih rendah dibandingkan dengan persentase penduduk miskin di Jawa Timur. Sejak terjadi kenaikan persentase penduduk miskin pada tahun 2004 di Kota Madiun yaitu dari 7,9 menjadi 8,7 selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya persentase penduduk miskin selalu mengalami penurunan seperti yang diharapkan oleh pemerintah. Tahun 2005 penduduk miskin Kota Madiun turun 0,64 persen dari tahun 2004 disaat penduduk miskin di Jawa Timur naik sebesar 3,44 persen. Kemudian turun secara sangat signifikan pada tahun 2006 menjadi 6,32 dan tahun 2007 menjadi 5,59 persen.
Sejarah
Madiun merupakan suatu wilayah yang dirintis oleh Ki Panembahan Ronggo Jumeno atau biasa disebut Ki Ageng Ronggo. Asal kata Madiun dapat diartikan dari kata "medi" (hantu) dan "ayun-ayun" (berayunan), maksudnya adalah bahwa ketika Ronggo Jumeno melakukan "Babat tanah Madiun" terjadi banyak hantu yang berkeliaran. Penjelasan kedua karena nama keris yang dimiliki oleh Ronggo Jumeno bernama keris Tundhung Medhiun. Pada mulanya bukan dinamakan Madiun, tetapi Wonosari.
Sejak awal Madiun merupakan sebuah wilayah di bawah kekuasaan Kesultanan Mataram. Dalam perjalanan sejarah Mataram, Madiun memang sangat strategis mengingat wilayahnya terletak di tengah-tengah perbatasan dengan Kerajaan Kadiri (Daha). Oleh karena itu pada masa pemerintahan Mataram banyak pemberontak-pemberontak kerajaan Mataram yang membangun basis kekuatan di Madiun. Seperti munculnya tokoh Retno Dumilah.
Beberapa peninggalan keadipatian Madiun salah satunya dapat dilihat di Kelurahan Kuncen, dimana terdapat makam Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Patih Wonosari selain makam para Bupati Madiun, Masjid Tertua di Madiun yaitu Masjid Nur Hidayatullah, artefak-artefak disekeliling masjid, serta sendang (tempat pemandian) keramat.
Sejak masa Hindia Belanda, Madiun adalah suatu gemeente yang berpemerintahan sendiri (swapraja) karena komunitas Belanda yang bekerja di berbagai perkebunan dan industri tidak ingin diperintah oleh Bupati (yang adalah orang Jawa). Sebagai suatu kota swapraja, Madiun didirikan 20 Juni 1918, dengan dipimpin pertama kali oleh asisten residen Madiun. Baru sejak 1927 dipimpin oleh seorang walikota. Berikut adalah walikota Madiun sejak 1927:
- Mr. K. A. Schotman
- Boerstra
- Mr. Van Dijk
- Mr. Ali Sastro Amidjojo
- Dr. Mr. R. M. Soebroto
- Mr. R. Soesanto Tirtoprodjo
- Soedibjo
- R. Poerbo Sisworo
- Soepardi
- R. Mochamad
- R. M. Soediono
- R. Singgih
- R. Moentoro
- R. Moestadjab
- R. Roeslan Wongsokoesoemo
- R. Soepardi
- Soemadi
- Joebagjo
- R. Roekito, B.A. (Pjs. Walikota)
- Drs. Imam Soenardji ( 1968 - 1974 )
- Achmad Dawaki, B.A. ( 1974 - 1979 )
- Drs. Marsoedi ( 1979 - 1989 )
- Drs. Masdra M. Jasin ( 1989 - 1994 )
- Drs. Bambang Pamoedjo ( 1994 - 1999 )
- Drs. H. Achmad Ali ( 1999 - 2004 )
- Kokok Raya, S.H., M.Hum. ( 2004 - 2009 )
- H. Bambang Irianto, SH.MM ( 2009- sekarang )
Pada tahun 1948, terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh PKI di Madiun, yang dipimpin oleh Musso
Sosial Budaya
Pada 2007, jumlah penduduk Kota Madiun mengalami pertumbuhan rata-rata sebanyak 1 persen. Jumlah penduduk berdasarkan usia cukup dinamis. Usia di bawah 15 tahun, jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi dari jumlah perempuan, tetapi untuk usia antara 15 sampai 19 lebih banyak perempuan. Demikian juga untuk usia 50 tahun ke atas, jumlah perempuan jauh lebih besar dari pada jumlah laki-laki.
Dalam periode 2003-2007, rata-rata lama sekolah di Madiun mencapai 9,5 sampai 10,32 tahun atau sampai kelas 10 (setingkat SLTP). Masih jauh dari kebutuhan SDM untuk mendukung pertumbuhan sebuah kota yang berbasis sektor jasa dan perdagangan. Namun demikian, angka tersebut jauh di atas rata-rata Propinsi Jawa Timur yang mencapai 6,5 sampai 7,06 tahun.
Madiun terkenal dengan produk unggulannya makanan brem. Salah satu makanan khas Madiun adalah Pecel Madiun, serta sambal pecel madiun. Kota Madiun juga merupakan pelestari budaya tradisional, yaitu pencak silat. Dimana merupakan salah satu kekayaan seni beladiri di Indonesia. Bentuk-bentuk pelestarian itu seperti masih adanya berbagai organisasi pencak silat seperti Setia Hati Winongo, Setia Hati Tattuhu Tekad dan Setia Hati Terate yang dapat dikatakan sebagai organisasi pencak silat terbesar di Indonesia, yang memiliki jaringan-jaringan luas.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Madiun
Tag :
Wisata Jawa Timur
0 Komentar untuk "MADIUN"
Komentar anda tidak dimoderasi dan verifikasi, Terimakasih atas komentarnya yg sangat berharga dan bijak, semoga bermanfaat